Nawir (29) warga Jl Tanjung, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, terlahir tanpa memiliki kaki tidak membuat dia kesulitan merawat serta mengemudikan mobil untuk mencari nafkah dengan melayani panggilan untuk mengangkut barang.
Terlebih dulu, Nawir mengaku hidup dari belas kasihan warga dengan duduk di tengah pasar. Dengan kekurangan tubuhnya, dia mengharapkan sedekah dari warga yang berbelanja.
Namun mulai sejak anaknya lahir 4 tahun lalu, dia mengaku gelisah. Dia mengaku kasihan pada buah hatinya bila tahu orangtuanya hanya memohon-minta.
" Kasihan anak saya bila tahu pekerjaan bapaknya mengharapkan belas kasihan orang lain, " katanya.
Lihat banyak pembudidaya rumput laut di Nunukan yang memerlukan mobil angkutan untuk membawa hasil rumput laut ke pengepul ataupun ke pelabuhan, Nawir membulatkan kemauan untuk mengelola mobil itu.
Sampai pada akhirnya dia membeli mobil itu dengan cara mencicil lewat bank. Mulai sejak mempunyai usaha angkutan barang itu, Nawir mengaku kehidupannya mulai berubah.
Dia mengaku telah dapat membahagiakan anak istrinya dengan meninggalkan pekerjaan mengemis di pasar. Penghasilannya dari mengelola anggkutan barang juga dapat menumpang hidupnya dan membayar angsuran di bank.
Harapan Nawir sekarang ini yaitu dapat mempunyai SIM. Dengan hal tersebut, dia tidak dibebaskan dari pelanggaran kepemilikan SIM ketika razia hanya karena rasa belas kasihan.
" Saya hanya pasrah bila terkena razia. Saya telah berupaya namun sampai saat ini SIM saya belum keluar. Saya tidak mau dikasihani melanggar ketentuan tidak mempunyai SIM, " tambah Nawir.
CAR,FOREX,DOMAIN,SEO,HEALTH,HOME DESIGN
