– Sahabat media Punya tanggungan hutang itu rasanya sesuatu banget (ikutan-ikutan syahrintol. he..he..). Bikin hati tidak tenang. Perasaan tidak enak dan resah. Pokoknya menyiksa banget deh, apalagi jika hutang sudah jatuh tempo. Tambah ga karuan rasanya. Kebahagiaan terenggut gara-gara punya hutang. Tapi ya tergantung masing-masing orang sih. Karena ada juga orang yang tetap enjoy walaupun punya hutang segunung.
Alangkah lebih baik
menghindari hutang. Dan supaya tidak punya hutang, maka pangkaslah
keinginan-keinginan yang sifatnya sekunder, seperti beli barang-barang
elektronik, beli motor, beli mobil, dan lain sebagainya. Untuk apa punya mobil
kalau tiap bulan harus mikirin tanggungan hutang. Punya mobil sih keren, tapi
kalau dari hasil ngutang ya tidak keren lagi. Berhutanglah kalau memang
benar-benar butuh hutang.
Namun kalau sudah
terlanjur punya banyak hutang, ya sebaiknya kita berusaha untuk melunasinya
tepat waktu sesuai jatuh tempo yang telah disepakati. Jangan sampai kita
menggadaikan harga diri gara-gara suka molor bayar hutang. Kepercayaan dan
integritas itu sangat penting. Apalagi bagi seorang muslim. Jangan sampai janji
bayar hutang seminggu tapi molor berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan.
Meskipun hutangnya ke teman atau saudara sendiri. Karena perbuatan mengingkari
kesepakatan atau janji akan menciderai kepercayaan orang lain terhadap kita.
Berkaitan dengan hutang
ada sebuah doa khusus agar kita dimudahkan oleh Allah untuk membayar hutang.
Telah diceritakan dari
Zuhair bin Harb, sudah diceritakan dari Jarir, dari Suhail, ia berkata, “Abu
Shalih sudah memerintahkan pada kami bila salah seorang diantara kami akan
tidur, hendaklah berbaring di segi kanan lalu
A’udzu bika min syarri
kulli syai-in anta aakhidzum binaa-shiyatih. Allahumma antal awwalu falaysa
qoblaka syai-un wa antal aakhiru falaysa ba’daka syai-un, wa antazh zhoohiru fa
laysa fawqoka syai-un, wa antal baathinu falaysa duunaka syai-un, iqdhi
‘annad-dainaa wa aghninaa minalfaqri.
Artinya :
“Ya Allah, Rabb yang
menguasai langit yang tujuh, Rabb yang menguasai ‘Arsy yang agung, Rabb kami
dan Rabb segala sesuatu. Rabb yang membelah butir tumbuh-tumbuhan dan biji
buah, Rabb yang menurunkan kitab Taurat, Injil dan Furqan (Al-Qur’an). Saya
berlindung kepadaMu dari kejahatan semua sesuatu yang Engkau memegang
ubun-ubunnya (semua makhluk atas kuasa Allah).
Ya Allah, Engkau-lah yang
awal, sebelum-Mu tidak ada sesuatu. Engkaulah yang terakhir, setelahMu tak ada
sesuatu. Engkau-lah yang lahir, tidak ada sesuatu di atasMu. Engkau-lah yang
Batin, tidak ada sesuatu yang luput dari-Mu. Lunasilah utang kami serta berilah
kami kekayaan (kecukupan) sampai terlepas dari kefakiran. ” (HR. Muslim no.
2713)
Imam Nawawi rahimahullah
menyatakan bahwa maksud utang dalam hadits itu yaitu kewajiban pada Allah
Ta’ala dan kewajiban pada hamba semuanya, intinya mencakup segala jenis
kewajiban. ” (Syarh Shahih Muslim, 17 : 33).