Namanya Bu Ida, beliau berasal dari kota yang sama dengan saya,
Jombang, kota kecil di tengah-tengah propinsi Jawa Timur. Hampir setiap
hari saya/suami melihatnya di sepanjang
jalan Soekarno Hatta. Dengan berbekal gerobak derek dan sebuah karung
besar beliau berjalan mencari seonggok sampah daur ulang untuk dijual
kepada pengepul.
Beliau dengan halus dan tegas menjawab, "Mboten mas, prinsip kulo niku sing penting nyambut damel saking keringet piyambak. Biasane menawi wonten ingkang manggil setrika, kulo nggih purun pokok e halal. Mboten ngemis"
MaasyaaAllah sebuah sikap menjaga harga diri (iffah) dari meminta-minta. Suaminya pun kabarnya juga demikian, meski memiliki pekerjaan serabutan tapi pantang meminta-minta. Bila tidak ada pekerjaan, suaminya pun mencari sampah yang masih layak diuangkan. Sebuah perjuangan mencari rizki yang halal.
Tidak sampai di situ kesalutan saya, ibu ini juga dengan sabar dan telaten mengajak putri kecilnya berkeliling bersamanya, bila putrinya lelah, beliau mendudukkan putrinya di gerobak dereknya. Dan, dia juga tetap mendidik putrinya dengan mengajarkan bacaan2 surat-surat Al Qur'an, beliau bercerita;
"Sambil jalan, saya ajarkan anak saya untuk membaca surat Al Fatihah, Al Ikhlas, An Nas, saya ajak ngaji gitu mas". MaasyaaAllah, satu lagi sikap mulia yang saya pelajari dari seorang ibu yang sederhana agar putrinya juga bisa mengaji Al Qur'an.
Seorang ibu seperti bu Ida ini sangat menginspirasi saya, bagaimanapun keadaan seorang ibu, jangan pernah melalaikan pendidikan anak2nya. Terutama pendidikan masalah din, Islam. Karena anak2 adalah aset jariyah kita. Ketika mereka mengamalkan apa yang kita ajarkan, maka Allah akan mengalirkan pula pahalaNya untuk kita.
Saya juga belajar, jika kita mau melihat sekeliling, mendekat, dan berbaur, maka akan membuat kita untuk tunduk bersyukur atas nikmat yang kita dapatkan. Masih banyak orang yang di bawah kita, maka lihatlah mereka dalam hal dunia. Bukan agar kita lantas menyombongkan diri karena kita berada di atas, tapi bagaimana kita bisa bersyukur. Karena bisa jadi, mereka lebih memiliki sifat syukur dengan keadaannya daripada kita yang banyak mengeluh. Dan bisa jadi, mereka lebih mulia di mata Allah dari pada diri ini. Bisa jadi pula, cara mereka mendidik anak lebih baik dari cara kita, meski mereka tidak didukung buku2 parenting atau fasilitas pendidikan yang memadai, karena mungkin mereka memiliki hati yang tulus dan dekat dengan Allah, hingga bila mereka berdo'a, do'anya dikabulkan.
Wallahu a'lam bish showab
CAR,FREX,DOMAIN,SEO,HEALTH,HOME DESIGN